Saya sebenarnya agak tidak suka dengan istilah melayani Tuhan dan tidak akan pernah kecewa bila buta pada orang-orang di sekeliling dan memfokuskan hanya pada Allah, sang Raja yang memberikan pelayanan demikian. Memang sih, pelayanan setiap pribadi atau bersama-sama wajib berpusat pada Allah, tapi itu mustahil bila dikerjakan tanpa harus bersinggungan dengan orang lain. Namun melayani Allah dan seratus persen masa bodo dengan apa kata orang lain itu bagi saya adalah sebuah kebohongan besar!
Manusia sampai kapan pun diciptakan Allah di bumi untuk melayaniNya bersama atau kepada orang di sekitarnya. Nyatanya manusia belum mati dan belum di sorga-tempat kamu bisa melayani Allah secara langsung, tanpa harus pusing dengan berhadapan orang-orang sucks yang menyebalkan di sekitarmu. Allah selalu bekerja dengan caraNya yang misterius dua sisi. KeterlibatanNya dan keterlibatan manusia. Dia menganugerahkan pelayanan untuk dikerjakan oleh anak-anakNya dan tidak lepas tangan begitu saja. Dialah sumber kekuatan, hikmat dan inspirasi. Hak istimewa tersebut tak berhenti dengan kekuatan supranatural nan sempurna dariNya. Ia memberikan manusia untuk mencicipi dan memberi gaya pada pelayanan tersebut. Ia Allah yang memberi diriNya dikenal dan dicerna oleh keterbatasan manusia menggunakan media yang dikenal oleh manusia. Ia menggunakan bahasa manusia, tulisan, adat, kebiasaan, budaya, musik dan beragam hal yang dimengerti manusia. Justru itulah Ia tidak mengedepankan idealisme keIlahian-Nya untuk dimengerti oleh manusia yang lemah. Syukur, bahwa Ia adalah Allah yang membuka diriNya yang tak terbatas untuk coba dimengerti oleh otak manusia yang terbatas.
Kembali lagi ke pelayanan dua sisi. Ya, ketika Allah mempercayakan pelayananNya pada manusia, otomatis Ia pun mengerti bahwa ada kalanya manusia memberikan sedikit sentuhan emosi, perasaan dan karakter pribadi manusia tersebut. Karena memang Tuhan yang menciptakan emosi, perasaan dan karakter tersebut bagi manusia. Ia meresikokan pelayanan mulia itu kepada manusia yang tidak sempurna, yang kodratnya beringas, saling menerkam dan lemah. Ia mempercayakan tugas berat tersebut pada manusia untuk diemban karena Ia tahu dan Ia percaya makhluk lemah ini mampu. Ia berani menjaminnya karena Ia sendiri telah lebih dulu menjadi manusia dan berjalan di bumi ini dua ribu tahun lalu. Ia memberikan diriNya sebagai korban untuk menebus manusia dari status mereka yang diperbudak maut dan segala keberingasan kodrat mereka. Tuhan melepaskan kutukan kekal itu dengan kuasa dari kebangkitanNya, sehingga manusia dimampukan untuk melayani Dia, bukan dengan kuasa yang dari mereka sendiri. Melainkan dalam kelemahan manusialah, Allah menunjukkan keperkasaanNya. Ia memilih untuk memakai keterbatasan dan segala sifat, karakter dan kepribadian manusia karena Ia yang menciptakan mereka demikian dan Ia tidak ragu karena kekuatanNya-lah yang menopang manusia untuk mengerjakan dan menyelesaikannya di bumi ini. Oh, betapa luar biasanya Allah yang mewarnai dan berkarya melalui hidup manusia yang singkat seperti sekelebatan uap ini.
Kali ini, saya tertegun dan terharu akan Allah yang memakai anak-anakNya di dunia ini. Orang-orang brengsek dengan segala cacat cela dan berpotensi untuk jatuh bangun dalam kejahatan. AnugerahNya melampaui semua itu.
Tuhan, kali ini saya berdoa. Jangan Engkau mengambil perasaan, emosi, kepribadian dan karakter yang Engkau ciptakan dalam setiap manusia. Karena dengan jalan demikianlah, kami makin menyadari betapa terbatasnya kami, betapa besar Engkau, dan betapa hinanya diri kami untuk mengemban tugas pelayanan. Kami menyadari sungguh ajaibnya diri kami diciptakan, setiap kebaikanMu, anugerah keselamatan, dan anugerah pelayanan yang Engkau percayakan. Tuhan, ajari kami menghayati dan melihat anugerah Allah dalam penebusan Anak tunggalMu. Anugerah yang mendamaikan pihak manusia dan Allah. Kasih karunia yang memberi kekuatan hari lepas hari untuk menghidupi dan melayaniNya yang juga sekaligus mendamaikan dan menenteramkan kekecewaan terhadap pribadi lain yang mungkin bersinggungan dengan kami.
Lalu saya melihat, ya benar! Allah selalu bekerja dua sisi. Dia juga melibatkan manusia. Setiap kita harusnya melayani Dia dengan memandang kepadaNya, kepada orang lain dan juga pada dirinya sendiri.
Manusia sampai kapan pun diciptakan Allah di bumi untuk melayaniNya bersama atau kepada orang di sekitarnya. Nyatanya manusia belum mati dan belum di sorga-tempat kamu bisa melayani Allah secara langsung, tanpa harus pusing dengan berhadapan orang-orang sucks yang menyebalkan di sekitarmu. Allah selalu bekerja dengan caraNya yang misterius dua sisi. KeterlibatanNya dan keterlibatan manusia. Dia menganugerahkan pelayanan untuk dikerjakan oleh anak-anakNya dan tidak lepas tangan begitu saja. Dialah sumber kekuatan, hikmat dan inspirasi. Hak istimewa tersebut tak berhenti dengan kekuatan supranatural nan sempurna dariNya. Ia memberikan manusia untuk mencicipi dan memberi gaya pada pelayanan tersebut. Ia Allah yang memberi diriNya dikenal dan dicerna oleh keterbatasan manusia menggunakan media yang dikenal oleh manusia. Ia menggunakan bahasa manusia, tulisan, adat, kebiasaan, budaya, musik dan beragam hal yang dimengerti manusia. Justru itulah Ia tidak mengedepankan idealisme keIlahian-Nya untuk dimengerti oleh manusia yang lemah. Syukur, bahwa Ia adalah Allah yang membuka diriNya yang tak terbatas untuk coba dimengerti oleh otak manusia yang terbatas.
Kembali lagi ke pelayanan dua sisi. Ya, ketika Allah mempercayakan pelayananNya pada manusia, otomatis Ia pun mengerti bahwa ada kalanya manusia memberikan sedikit sentuhan emosi, perasaan dan karakter pribadi manusia tersebut. Karena memang Tuhan yang menciptakan emosi, perasaan dan karakter tersebut bagi manusia. Ia meresikokan pelayanan mulia itu kepada manusia yang tidak sempurna, yang kodratnya beringas, saling menerkam dan lemah. Ia mempercayakan tugas berat tersebut pada manusia untuk diemban karena Ia tahu dan Ia percaya makhluk lemah ini mampu. Ia berani menjaminnya karena Ia sendiri telah lebih dulu menjadi manusia dan berjalan di bumi ini dua ribu tahun lalu. Ia memberikan diriNya sebagai korban untuk menebus manusia dari status mereka yang diperbudak maut dan segala keberingasan kodrat mereka. Tuhan melepaskan kutukan kekal itu dengan kuasa dari kebangkitanNya, sehingga manusia dimampukan untuk melayani Dia, bukan dengan kuasa yang dari mereka sendiri. Melainkan dalam kelemahan manusialah, Allah menunjukkan keperkasaanNya. Ia memilih untuk memakai keterbatasan dan segala sifat, karakter dan kepribadian manusia karena Ia yang menciptakan mereka demikian dan Ia tidak ragu karena kekuatanNya-lah yang menopang manusia untuk mengerjakan dan menyelesaikannya di bumi ini. Oh, betapa luar biasanya Allah yang mewarnai dan berkarya melalui hidup manusia yang singkat seperti sekelebatan uap ini.
Kali ini, saya tertegun dan terharu akan Allah yang memakai anak-anakNya di dunia ini. Orang-orang brengsek dengan segala cacat cela dan berpotensi untuk jatuh bangun dalam kejahatan. AnugerahNya melampaui semua itu.
Tuhan, kali ini saya berdoa. Jangan Engkau mengambil perasaan, emosi, kepribadian dan karakter yang Engkau ciptakan dalam setiap manusia. Karena dengan jalan demikianlah, kami makin menyadari betapa terbatasnya kami, betapa besar Engkau, dan betapa hinanya diri kami untuk mengemban tugas pelayanan. Kami menyadari sungguh ajaibnya diri kami diciptakan, setiap kebaikanMu, anugerah keselamatan, dan anugerah pelayanan yang Engkau percayakan. Tuhan, ajari kami menghayati dan melihat anugerah Allah dalam penebusan Anak tunggalMu. Anugerah yang mendamaikan pihak manusia dan Allah. Kasih karunia yang memberi kekuatan hari lepas hari untuk menghidupi dan melayaniNya yang juga sekaligus mendamaikan dan menenteramkan kekecewaan terhadap pribadi lain yang mungkin bersinggungan dengan kami.
Lalu saya melihat, ya benar! Allah selalu bekerja dua sisi. Dia juga melibatkan manusia. Setiap kita harusnya melayani Dia dengan memandang kepadaNya, kepada orang lain dan juga pada dirinya sendiri.
0 comments