O Betapa indahnya
dan betapa eloknya
dan betapa eloknya
Bila saudara seiman
hidup dalam kesatuan
hidup dalam kesatuan
Bak urapan di kepala Harun,
yang ke janggut dan jubahnya turun
Seperti embun yang dari Hermon
mengalir ke bukit Sion
mengalir ke bukit Sion
Kesana t'lah dip'rintahkan Tuhan
agar berkat-berkat dicurahkan
agar berkat-berkat dicurahkan
Kehidupan untuk selamanya,
O betapa indahnya!
O betapa indahnya!
Kenapa Kontroversi?
Lagu ini kerapkali dibawakan dalam melodi dangdut untuk ibadah bertajukkan fellowship atau kesatuan berjemaat. Lagunya riang, chord minornya banyak, didukung pula dengan beatnya yang asik. Akibatnya, beberapa MC centil jadi suka lupa diri dan tak kuasa menahan hasrat dangdut-nya. Sambil 'memaksa' para jemaat, mereka mengancam "Hayo, semua jempolnya diangkat! Kalo nggak, kita ulangi lagu ini dari awal lagi!". Lalu jemaat yang malang itu terpaksa mengangkat jempol dan berjoged dengan pasrah. Pokoknya seru, deh! :)
Oke, lalu apa yang menyebabkan lagu yang dikutip dari Mazmur 133 tentang nyanyian Ziarah Israel ini kontroversi? Bukan tentang dangdut-nya atau MC yang suka maksa itu, tapi penggunaan imbuhan yang keliru. "Bak urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun". Jubah yang turun! Eww... Pornografi dan pornoaksi dalam ibadah, nih. Hehehe!
Solusi:
Yah, paling tinggal dikoreksi saja mengenai pemilihan dan penempatan kata dalam kalimat agar maknanya sesuai dengan kutipan ayatnya, toh. Simple! Beberapa gereja atau persekutuan yang menggunakan lagu ini, mengganti liriknya menjadi 2 alternatif. Alternatif pertama: "Bak urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan ke jubah turun" atau alternatif berikutnya: "Bak urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan turun ke jubah". But somehow, saya lebih suka versi alternatif yang pertama karena - dengan makna yang sama dengan sumber ayatnya, lirik tersebut masih berima: "Harun" dan "Turun", masih sedap, masih melayu, masih dangdut! So, ayo jempolnya diangkat, pinggul digeol, kita dangdutan lagi! :)
_______________________________________________________________________________Kekristenan punya banyak lagu. Sejak Mazmur zaman Daud, Hymne zaman Fanny Crosby sampai Pujian di Zaman Sydney Mohede ini. Bersyukurlah bahwa Allah banyak menginspirasikan lagu-lagu bagus untuk manusia pakai memuji dan menyembah Dia. Tapi, namanya manusia dengan segala keterbatasan kita dalam menyusun kata-kata, sering didapati lirik lagu pujian yang salah kaprah atau konteksnya jadi agak ngaco.
Nah, berikut ini beberapa lagu yang liriknya agak kontroversi menurut beberapa pembicara yang pernah saya dengar atau pun berdasarkan apa yang sejauh ini saya pahami Alkitab katakan. Seri ini sama sekali tidak bermaksud untuk menghakimi sang penulis lagu, tapi untuk kita menghindari kesalahpahaman dan belajar kritis yang bertanggung jawab pula atas apa yang mulut kita nyanyikan. Ada diskusi, teman-teman? Silakan comment dan masukannya yuk! Dilarang menjelek-jelekkan denominasi lain yah :)
2 comments
LUcu juga yah..haha
ReplyDeletetapi mnurut saya kalimat "Bak urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun"
antara kata "jubahnya" dan "turun" harus disisipkan tanda koma "," tuh
hehehe
Hai, Ko Aseng.
ReplyDeleteOhh iya, bisa juga dikasih koma yah.
Bahasa Indonesia itu luar biasa menarik!