Akhirnya malam ini berakhirlah masa saya menikmati Allah dalam persekutuan dengan status sebagai mahasiswa aktif di PO Binus. Tadi sore telah dihelat PO Sabtu terakhir di periode ini dan rasanya tak terkatakan bisa menikmati Tuhan yang beracara sejak awal ibadah, KenCan dan evaluasi di persekutuan tercinta kami yang sederhana namun hangat ini. Puji Tuhan bahwa Allah menyertai pelayanan saya sebagai Koordinator PO Sabtu 2011 atau sebagai Sie Publikasi dan Dokumentasi PO Sabtu 2010. Tahun ini, saya melayani di Departemen Musik dan Kesenian PO Binus 2012. Jobdesc-nya secara kasatmata memang tak seberat seperti saat menjabat sebagai Koordinator atau Sie Pubdok. Misalnya mencakup penyusunan pelayanan para MC dan Pemusik, menyelenggarakan Training MC Pemusik, pengadaan alat musik atau se-simple menyetem dan mengganti senar gitar yang putus. Omong-omong soal senar gitar, masih merupakan misteri besar bagaimana nyaris dua minggu sekali, hampir semua senar empat gitar di ruang musik putus. Kadang saya sampai sebal dibuatnya. (Oya, bahkan malam ini pun, senar empat itu tiba-tiba putus lagi, ckckck). Kalau boleh bilang, sejauh ini pelayanan saya di Departemen Musik malah cenderung menjadi seperti 'gembala' atau bahkan 'manager' untuk teman-teman MC dan Pemusik yang supermultitalented dan humble pula yang Tuhan anugerahkan berlimpah di PO Binus. Yaah, mengurusi problem klasik seperti pemilihan 'lagu-yang-interdenom-tapi-asik-dan-nyanyinya-nggak-susah' dan kemumetan serupa lainnya yang enggan saya bahas lebih lanjut saat ini. Hehehe.
Pelayanan mahasiswa itu unik. Mahasiswa, baik yang melayani atau yang dilayani, datang dan pergi dalam kurun waktu yang luar biasa singkat. Baru saja mulai 'nyaman' atau 'menguasai medan' pelayanannya, eh ternyata saatnya tiba untuk mengalihtangankan pelayanan terebut kepada kepengurusan mahasiswa periode berikut. Memang pada akhirnya sebuah pelayanan tidak sekedar diukur dari seberapa baik atau buruk hasilnya sesuai standar manusia, namun seberapa dalam passion, kasih dan sukacita yang dicurahkan semasa berkesempatan melayani. Hal-hal tersebut dilihat pula oleh Allah. Karena bahkan seburuknya sebuah pelayanan, namun karena telah jauh dikerjakan dengan segenap hati, dibangun dengan menambahkan kekhasan ciri- atau justru sebagian dari diri, kadang sempat ada perasaan tak rela untuk melepasnya. Namun, saat Sang Pemilik meminta sang pengelola untuk menyerahkan kembali titipan beserta hasil yang telah dikelolanya, hanya pengelola gila yang bersikukuh mempertahankan sesuatu yang tak pernah dimilikinya sepenuhnya.
Semakin kita melayani, bukan membuat Allah semakin berhutang kepada kita. Sebaliknya, kita yang justru semakin memerlukan karunia, kekuatan dan sekali lagi anugerah dari Dia. Pelayanan adalah anugerah karena adalah privilege bisa dipercayakan melayani Sang Raja dan saudara-saudara yang dijadikan sedarah itu oleh darah Kristus. Dan bagi saya, melayani di PO Binus sepanjang perkuliahan saya adalah salah satu anugerah yang (seperti istilah Ce Susy) ngeri-ngeri sedap. Saya pun yakin, banyak alumni Persekutuan Mahasiswa yang lebih dulu mengecap nikmatnya pelayanan bertahun-tahun lalu akan rela membayar berapa pun untuk mengulang waktu guna mengobati kekangenan menikmati dan melayani di persekutuan mahasiswa. Yah, termasuk kangen pelayanan sesederhana mengganti senar empat yang putus.
Jakarta, 30 Juni 2012
0 comments