Bayi Singa dan Anak Elang Belajar Terbang
1:43 PMorangizenk
Semesta menyimpan banyak cerita dan takdir membacakan kisahnya. Hikayat tentang perjumpaan yang tak masuk akal dan perpisahan yang tak tertebak. Nasib baik dan tragedi duduk bersimpuh, mendengarkan lalu ikut berceloteh menambahkan dengan seru. Alkisah, hiduplah sekelompok kambing yang mengadopsi anak singa. Pisahkan sang anak dari induknya, kemudian beri makan sayur dan dedak. Siapa tahu kelak jadi jinak. Pemandangan yang aneh, anak singa menetek puting kambing betina. Di seberang hutan, anak elang belajar terbang jatuh di kandang ayam. Ayam-ayam itu gaduh. Dibunuh, mereka tak mampu. Dibuang, mereka sayang. Didik saja seperti ayam-ayam muda, yang kelak dipotong dan bernasib sama. Sang elang besar di kandang tentu tak mahir menyusur dan melayang. Elang yang tak bisa berburu tak lebih dari pipit.
Tak perlu repot-repot mengajar ikan salmon berenang menentang gelombang atau menunjukkan labah-labah hitam cara merajut sarang. Hal demikian selalu ada dalam diri, mungkin seperti DNA. Yang suatu saat pasti menampakkan wujud asli genetika dan sifat alamiah. Alam punya caranya sendiri untuk mempertahankan dan merombak diri. Dari abu akan muncul pucuk muda dan dari karang yang keras, akar lumut akan memecah.
Kita tak pernah belajar bahwa jiwa-jiwa merah itu tak akan mampu dibelenggu. Tak sudi mereka menurut pada rantai, tali dan pasung. Bebas, liar dan tak terbendung. Singa tak akan pernah jadi kambing dan bagi para elang, angkasa-lah sesungguhnya takhta. Kita selalu lupa bahwa semesta tak pernah menyanyikan nada yang sama dua kali meski nyata pada kesudahannya, tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Terima kasih adaptasi. Hormat kami naluri. Kami semua utang budi. Eh, kemana hendak beranjak? Kisahnya belum selesai, justru baru dimulai.
0 comments