Kegelapan itu tidak diciptakan dan hambar bukanlah entitas
Siapa yang mampu mengukur kekosongan atau dapatkah hampa diberi batas?
Gelap muncul karena terang tak jua ada.
Hambar menyambut tak terjemputkan rasa
Seperti dingin karena hangat hilang.
Layaknya gurun kering merindukan titik air datang
Sejak dahulu mereka tak dicipta.
Mereka hanya wujud kesemuan
Bayang-bayang dari sesuatu yang harusnya ada
Tiada pernah penuh, tiada pernah berteman
Harus ada terang! Harus ada rasa!
Lalu Khalik bersenandung dan semuanya muncul nyata
Jadilah terang, lalu terang itu ada.
Jadilah rasa, lalu rasa menampakkan dirinya
Kegelapan itu tidak diciptakan dan hambar bukanlah entitas
Penderitaan tak pernah Ia jadikan.
Derita muncul karena ketiadaan asih welas
Tapi langitku tak sekedar gelap dan bumiku tak hanya hambar tak sedap
Ada lubang hitam raksasa menyedot angkasa.
Ada racun angkara maut di dalam persada
Jika tak kunjung terang datang, kalau tak tersebar rasa
Entah mati lenyap terhisap di langit melayang
Atau berkubang debu dalam ipuh racun neraka
Harus ada terang! Harus ada rasa!
Cuma teriakan jalang atau cuma umbar kata?
Untuk jadi terang, harus ada yang dibakar
Untuk jadi rasa, harus ada yang larut tertumpah
Ini hatiku, ini tubuhku! Bakarlah biar jadi nyala
Ini jantungku, ini perasaanku! Tikamlah biar berdarah
Lalu nyala apiku akan menerangi gelapmu
Dan tetesan darahku mengasinkan hambarmu
Cakrawala memerah karena darah dan mega semarak silau karena nyala
Lalu hening malam berbisiklah mengecup raga dan membelai jiwa
Sekalipun aku memberikan diriku dibakar atau hatiku diiris habis
Tidak akan ada berguna, kecil atau besar.
Sia-sia belaka, lenyap tertepis
Karena aku melakukan semuanya tanpa cinta.
Tanpa kasih, semuanya bohong belaka.
Hati ini terbakar jadi abu, lalu terbang hilang terhisap lubang hitam
Darah ini menetes satu per satu, kemudian merembes hilang di tanah jahanam
Kering sudah air mata.
Hilang sudah perih di dada.
Lupa bagaimana caranya menangis, tak lagi ingat amarah habis
Tapi tetap: Harus ada terang! Harus ada rasa!
Terang Mukhalis yang ajaib yang menerangi setiap relung dan palung
Rasa yang menyembuhkan setiap tulang yang patah dan lumpur dalam darah.
Bumiku tak sekedar gelap dan tanahku tak sekedar hambar
Mereka jahat mereka liar Mereka menunggu sampai ada yang membawakan terang,
Mereka menanti sampai ada yang memberikan rasa,
Mau jadi apa?
Atau mungkin pertanyaannya adalah Mau sampai kapan?
1 comments