(Awas Spoiler)
Kami ingin penyelamat yang bisa mendengar teriakan minta tolong orang-orang yang haknya dirampas pemerintah lalim. Yang bisa melihat tembus tembok dan memperhatikan kesengsaraan mereka yang minoritas, lemah dan terpinggirkan karena ketidakadilan. Kami ingin sosok yang bergerak tanggap melesat, tangguh sekuat baja, tak terkalahkan dan tak kenal ampun memberantas si jahat. Singkatnya, kami ingin seorang manusia super!
Baru-baru ini, tayanglah film Superman teranyar, Man of Steel yang dibikin Zack Snyder dan diproduseri Christopher Nolan. Jadilah film Superman yang kelam ala Watchmen dengan konteks latar belakang yang dibikin supaya "agak" masuk akal ala trilogi Dark Knight. Alkisah, Krypton, sebuah planet tua yang menghampiri ajalnya akibat kryptonian yang semakin tamak mengeruk inti planet mereka demi sumber energi. Semenjak lama, seluruh bayi yang akan lahir telah digariskan nasibnya di bawah hukum Krypton, kecuali bayi Kal-El, putera Jor-El (Russell Crowe). Kal-El "berinkarnasi" jadi manusia bumi dengan kodeks yang tersimpan di tubuhnya lalu diutus ayahnya ke bumi, dibesarkan Jonathan (Kevin Costner) dan Martha Kent (Diane Lane), untuk kemudian membawa harapan buat manusia. Dalam asuhan kedua orangtua angkatnya, Kal-El (Henry Cavill) yang bak dewa itu, mesti belajar merendahkan hati dan mengosongkan diri dari kekuatan supernya agar seperti teman-teman manusianya yang lain. Sampai akhirnya di usia 33 tahun, Clark Kent - alter ego sang Kal-El, akhirnya menemukan jati diri lalu menjalankan misinya menumpas kejahatan. Ah... Sampai di sini, rasanya senang sekali berandai-andai manusia yang sesuper itu muncul di zaman ini kemudian memulihkan segala kekacauan. Mungkin seperti lambang 'S' dari House of El di dada Superman, kita semua butuh harapan.
Pertarungan pun tidak terhindarkan, General Zod (Michael Shannon) yang dari awal bikin ulah di Krypton berduel dengan Superman. 15 menit shot-shot reruntuhan kota dan easter egg disana-sini buat menyiapkan Superman & Batman. Bumi jadi luluh lantah gara-gara dua kekuatan baik dan jahat ini beradu. Bangunan-bangunan runtuh, pencakar langit rata dengan tanah. Bayangkan berapa besar kerugian yang ditimbulkan dan berapa korban jiwa yang jatuh. Sampai akhirnya, kode etik superhero itu dilanggar, Superman membunuh Zod di tengah ancamannya untuk membunuh satu keluarga lagi. Tamat. Review terhadap film ini campur baur. Ada yang suka karena adegan action dan CGI yang limpah-ruah sampai mengembalikan sosok Superman yang perkasa. Sisi lainnya mengkritik dangkalnya penokohan atau alur yang begitu kelam sampai nyaris joyless ini.
Mungkinkah Superman adalah penyelamat yang diciptakan karena teriakan-teriakan jengah kita terhadap kejahatan fisik yang rasanya tidak habis-habis? Diakah sosok yang ganti ingin kita hidupkan atas nama ketidak-sabaran untuk segera memuntir leher para penindas? Pribadi yang mendengar bisikan minta tolong, atau melihat sampai ke kedalaman hati, kemudian segera terbang datang dan bertindak sesuai permohonan kita? Hey... Tulisan ini masih membahas Superman, kan?
0 comments