Revisi bukan musuh. Ibarat seorang anak pindahan dari kota sebelah yang belum beradaptasi dengan teman-teman barunya. Segala sesuatu tampak lebih besar, mengancam, dan mengguncang jati diri. Tidak ramah dan asing, setiap aspek bisa terlihat berbeda dalam setiap kerjapan.
Revisi tercipta untuk menjaga keseimbangan antara ego dan insting. Kerapkali dia membimbing kita melewati koridor-koridor medioker dan menjaga kita agar tak tersesat di hutan halaman belakang. Berbahagialah mereka yang memiliki revisi sebagai teman sebangku dan brief sebagai sahabat yang ramah. Perjalanan mendesain sejatinya untuk menyelesaikan masalah dan mengenal kemampuan diri. Jika ada hambatan-hambatan tak menyenangkan berupa sedikit kerikil dan bebatuan di sepanjang jalan justru membuat kita semakin kuat.
Revisi adalah teman, tetapi kita tak perlu berteman dengan semua orang. Ada teman yang hanya sekedar bully dan bersikap sok menindas, walaupun belum tentu mereka yang teratas. Ada teman yang egois dan maunya menang sendiri; yang selalu menyusahkan dan minta ingin dimengerti. Berbadan besar dan menyeramkan, kadang-kadang mereka nampak demikian karena mereka kebingungan. Tak tahu menentukan sikap dan pusing memilih arah. Sepanjang hidup, mau tidak mau, kita pasti akan bergaul dengan teman-teman seperti ini. Sedikit percakapan membuka pengenalan satu sama lain. Kesampingkan kelemahan dan tonjolkan kekuatan — yang walaupun tak seberapa, membawa kita semakin maju.
Kalau segala upaya dilancarkan tak berbuah, pun tak apa. Teman tak seharusnya jadi musuh. Pertemanan yang mengecewakan tak selalu serta merta mengubah kebaikan dan keceriaan dalam diri. Kemudian kita menghampiri teman-teman yang lain, dan bergaul dengan mereka yang satu sama lain berupaya saling mengerti. Perubahan ada untuk dikenal dan dirangkul seperti setiap lingkungan baru dan teman pindahan dan duduk di pojok belakang kelas. Desainer adalah sang anak pindahan dan setiap revisi adalah lingkungan barunya.
0 comments