Hubungan yang Transaksional demi Kesehatan Mental yang Lebih Baik

9:07 AMorangizenk

Kutipan tersohor itu bilang:
"Kita sering terbalik dalam berelasi.
Barang disayang, orang dimanfaatkan."

Konsekuensi hubungan transaksional adalah kerapkali relasi sekadar dangkal atau superfisial. Orang cuma dimanfaatkan (transaksional), alih-alih disayang (relasional). Dampaknya merambah tak hanya di dalam pekerjaan atau bisnis, bahkan mungkin pun telah merambah ke pelayanan, persahabatan, bahkan persaudaraan.

Tapi di sisi lain, mungkinkah pendekatan demikian harus dipilih demi kesehatan mental yang lebih baik saat ini? Ketika segala sesuatu dianggap personal dan dimasukkan ke dalam hati, alih-alih marah, tersinggung, atau murka, yang perlu kita lakukan hanyalah memilah hubungan macam apa yang hendak kubangun dengan orang ini?

Aplikasinya?
Ambil waktu untuk bertanya dalam hati — atau lebih baik lagi, tanyakan pertanyaan reflektif berikut kepada orang tersebut: "Kenapa aku harus ... kepadamu?"

Misalnya:
Ketika di suatu pagi seorang bully nangkring minta dibagi secangkir kopi:
"Kasih aku alasan yang kuat, kenapa aku harus ngasih kopi ini secara gratis setiap hari kepadamu?"

Ketika seorang needy selalu minta curhatnya kudengarkan tapi tidak pernah benar-benar ingin beranjak dari zona nyamannya: "Kenapa aku harus menyumbang waktuku untuk mendengar keluh kesah kisah cintamu yang kamu sadari terlarang?"

Ketika seorang yang berhutang berkelit membuat alasan yang mengada-ada, "Kenapa aku harus terus-menerus memberimu waktu padahal kunci itu bisa kau serahkan sekarang?"

Ketika pelayanan dikerjakan asal-asalan. Persembahan dimakan, tetapi pelayan dan jemaat lelah, lapar, dan tidak dipedulikan:
"Kenapa aku harus mengerahkan tenaga melayani di tempat yang pengurus dan pemukanya sibuk sendiri sampai tidak peduli pada kondisi pelayan-pelayannya— apalagi jemaatnya?"

Kenapa aku harus marah kepadamu?
Kenapa aku harus menangis dan meratap akan kehadiranmu kembali?
Kenapa aku harus menegur dan menekankan nasihatku kepadamu?

Jika jawabannya bukan salah satu dari sekian jawaban ini: 

"Karena aku adalah sodaramu/orangtuamu/sahabatmu"
"Karena aku sudah mengupahmu"
"Karena kamu berhutang kepadaku"
"Karena kamu punya otoritas, tanggung jawab, kekuasaan untuk ambil tindakan mengubah keadaan"
"Karena aku dan kamu saling sayang"
"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya"
"Karena haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini."
"Karena begitu besar kasih Allah kepadamu sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya engkau tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"

...hendaklah aku berpikir ulang relasi macam apa yang kuinginkan terjalin bersama orang ini: relasional atau cukup transaksional?

Oh, dan di atas semuanya, pertanyaan lain yang juga mesti kutanyakan pada diriku sendiri demi kesehatan mental yang lebih baik: "Kenapa aku harus menanggapi ini dengan terlalu serius?"

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Coffee Treat

Saya memberikan lisensi GAMBAR ILLUSTRASI dan WALLPAPER yang ada di blog ini di Attribution-NonCommercial-ShareAlike CC BY-NC-SA. Singkatnya, kamu bisa pakai, remix dan edit karyamu berdasarkan gambar illustrasi dan wallpaper yang saya buat dan post di blog ini secara gratis untuk projectmu secara NON-KOMERSIL. Kamu nggak mesti mencantumkan sumbernya, tapi saya bakal seneng banget kalo kamu cantumkan :)

Kalau ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu-ragu kontak saya di: himself@herikurniawan.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Contact Form