Perubahan waktu dan peredaran bumi mengitari matahari memengaruhi kebiasaan hidup semua makhluk. Pohon-pohon serempak bertunas menyambut musim semi, dan jenis hewan tertentu serentak bermigrasi berkilo-kilometer dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya menjelang musim dingin. Tapi tidak ada makhluk hidup yang begitu terobsesi menandai pergantian waktu selain manusia dengan segala ritualnya. Kita sepenuhnya mengerti bahwa waktu yang berlalu tidak bisa diulang kembali, tapi toh kita merayakan tanggal khusus dengan memakan makanan khusus, mengenakan pakaian khusus, menyanyikan lagu khusus, sampai menyalakan lilin khusus untuk setiap occasion yang berbeda.
Di 1 Samuel 7, Alkitab mencatat peristiwa ketika Israel berseru kepada Allah atas penindasan Filistin. Setelah 20 tahun terus berdoa, mereka diperintahkan Samuel berkumpul, berbalik dari berhala kemudian mengabdi kepada Allah, dan memberi persembahan. Melihat Israel berkumpul, raja-raja Filistin bersepakat menyerang mereka sekaligus. Lalu, apa yang dilakukan bangsa yang lemah dan terkepung ini? Nggak ada, kecuali yang seperti yang tertulis: “Janganlah berhenti berdoa kepada Tuhan Allah kita supaya kita diselamatkan-Nya dari orang Filistin.” (ayat 8). Di akhir perikop, kita membaca bahwa ketika Filistin menyerang, Tuhan sendiri mengguntur dari langit, mengacaubalaukan tentara Filistin, dan membebaskan Israel dari penindasan. Samuel kemudian mendirikan sebuah tugu batu sebagai penanda peristiwa itu dan menamainya: Ebenhaezer, yang berarti “sesungguhnya sampai sekarang Tuhan telah menolong kita”.
Kutulis sebagai pengantar Worship Plan ibadah perayaan ulang tahun BCS Central Park ke-10
0 comments