Perkenalkan, nama panjangnya adalah Skeptis Apatis. Dia tipe manusia yang independen. Melangkah dengan tegap, penuh percaya diri. Tatapannya lurus pasti. Dia tidak percaya pada celotehan orang lain. Jadi dia nggak ambil pusing sama apa kata orang tentang dia. Tapi dia juga nggak pernah mau dengar apa nasihat orang tentang dia.
Dia nggak punya musuh, tapi juga nggak punya teman. Dia tidak perlu bergantung kepada orang lain. Dia tidak mau merepotkan dengan urusan pribadinya, tapi juga jangan pernah bikin dia repot sama urusan orang lain. "Peduli apa dengan kebutuhan orang lain, selama saya sendiri tidak minta dipedulikan oleh orang lain. Beban saya dapat saya tanggung sendiri. Masa' anda minta saya untuk bantu anda? Saya utang apa sama anda?"
Hidupnya simple. Sangat amat simple. Karena bagi dia setiap hari hanya hitam atau putih. Masalah atau tekanan pun jarang datang. Setiap jam dipenuhi rasa aman dan nyaman terkendali. Dia menjauhi masalah dan masalah pun menjauhinya. Tapi kadang, kenikmatan dibalik masalah itu pun tak kunjung ia rasakan.
Tapi, apa enaknya memandang lewat kacamata hitam dan putih dan buta warna terhadap setiap guratan tiga dimensi dari setiap penat, keringat dan secarik senyum? Sebuah hidup yang tidak layak dihidupi. Atau mungkin dia sebenarnya sudah lama mati?
Dia nggak punya musuh, tapi juga nggak punya teman. Dia tidak perlu bergantung kepada orang lain. Dia tidak mau merepotkan dengan urusan pribadinya, tapi juga jangan pernah bikin dia repot sama urusan orang lain. "Peduli apa dengan kebutuhan orang lain, selama saya sendiri tidak minta dipedulikan oleh orang lain. Beban saya dapat saya tanggung sendiri. Masa' anda minta saya untuk bantu anda? Saya utang apa sama anda?"
Hidupnya simple. Sangat amat simple. Karena bagi dia setiap hari hanya hitam atau putih. Masalah atau tekanan pun jarang datang. Setiap jam dipenuhi rasa aman dan nyaman terkendali. Dia menjauhi masalah dan masalah pun menjauhinya. Tapi kadang, kenikmatan dibalik masalah itu pun tak kunjung ia rasakan.
Tapi, apa enaknya memandang lewat kacamata hitam dan putih dan buta warna terhadap setiap guratan tiga dimensi dari setiap penat, keringat dan secarik senyum? Sebuah hidup yang tidak layak dihidupi. Atau mungkin dia sebenarnya sudah lama mati?
1 comments