Persoalan Persepuluhan
Alkitab cukup banyak membahas mengenai hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Porsi yang cukup banyak di antaranya mengenai masalah harta dan uang. Di Perjanjian Lama, ada satu keluarga yang menyelundupkan harta yang berimbas seluruh bangsa kalah perang; Salomo, sang raja yang kaya raya itu menulis amsal-amsal yang berbicara soal pemanfaatan dan manajemen uang; ada kisah dan perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus kerap mengenai talenta, harta terpendam di ladang, utang yang dihapus; bahkan di masa gereja mula-mula sepasang suami-istri meninggal di tempat gara-gara tidak jujur dalam mengatur uang!
Lingkup mengenai uang itu luas sekali. Secara spesifik, apabila berbicara mengenai persembahan dan persepuluhan. Aneh rasanya melihat kenyataan bahwa topik ini jarang sekali dibahas di dalam lingkup persekutuan dan kehidupan bergereja. Padahal lumayan seru juga, apalagi buat anak rantau dan mahasiswa yang tiap bulan bertumpu pada kiriman bulanan dari kampung halaman untuk menyambung hidup hari lepas hari, secara otomatis wajib mengelola keuangan dengan bijak. Termasuk dalam hal memberi persembahan dan perpuluhan.
Topik persepuluhan - atau yang biasa disebut juga perpuluhan, adalah topik yang sensitif karena menyangkut urusan dapur. Lagipula, beda gereja, beda pula penanganan perpuluhannya. Kalau dirangkum, persoalan seputar perpuluhan itu, kira-kira begini: Wajib atau nggak wajib? Yang bilang wajib ngasih perpuluhan karena Tuhan yang suruh - seperti di Maleakhi 3:10, "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.". Ada juga yang bilang, nggak wajib, karena kita hidup di Perjanjian Baru dengan konsep persembahan sudah digenapi oleh korban darah Anak Domba Allah yang sempurna, berarti kita nggak perlu sama sekali lagi untuk memberikan perpuluhan. Bagaimana cara menghitung perpuluhan? Apakah hitungannya 10% dari total kiriman sebulan, atau 10% dari netto setelah dipotong buat bayar kos, uang internet, uang SKS kuliah, uang makan, dan lainnya? Kemana setor perpuluhan? Jika di Perjanjian Lama diberikan ke suku Lewi, berarti sekarang itu ibaratnya ngasih ke pendeta di gereja, dong? Boleh nggak kalo setor ke Yayasan atau Panti Asuhan atau ke Panitia Event persekutuan mahasiswa setempat? Dan masih banyak lagi detil-detil yang debatable lainnya. Hmmm... Ada banyak pandangan, jadi bagaimana aksi menyikapinya? Ya, daripada debat nggak jelas sambil membela bahkan mencela opini dan pendirian masing-masing, jauh lebih bijak kalau kita balik lagi untuk sama-sama belajar dari apa yang Alkitab bilang soal perpuluhan.
Berikut ini pembahasan dari rangkuman khotbah yang pernah saya dengar, artikel yang pernah saya baca dan percobaan saya menyelidiki secara awam apa yang Alkitab tuturkan terpaut topik perpuluhan. Yuk, kita simak konsep persembahan perpuluhan beserta konteks yang melatari peristiwa tersebut secara progresif.
Kisah Abraham dan Melkisedek
(Kejadian 14:18-20)
Jadi ceritanya Abraham menang perang dalam pertempuran para raja yang turut 'menculik' Lot, si keponakannya. Seusai perang, Abraham memberikan dengan sukarela sepersepuluh dari rampasan terbaiknya kepada Melkisedek, Raja Salem sekaligus Imam yang memberkati Abraham dalam nama Allah yang Mahatinggi. Ini adalah pertama kalinya perpuluhan ditulis di Alkitab. Kita menyaksikan bahwa porsi pemberian (sepersepuluh dari semuanya) ini murni dari inisiatif ungkapan syukur Abraham kepada Allah. Lalu, kenapa mesti angka sepersepuluh? Ada tafsiran yang bilang bahwa angka sepuluh adalah angka yang lengkap dan sempurna. Dengan memberikan sepersepuluh, Abraham mempersembahkan yang terbaik dan yang sempurna kepada Allah.
0 comments