Dengarlah pujian para malaikat bergema
"Mulia bagi Sang Raja yang lahir ke dunia!"
Damai di bumi dan rahmat permai
Allah dan pendosa berdamai
Menuliskan hal ini rasanya berat. Berdamai itu memerlukan upaya, bukan sekedar hal yang terjadi secara alamiah dan natural. Makin besar konfliknya atau makin lama dendam dipendam, berbanding lurus dengan makin besar pula upaya untuk berdamai. Ada ego yang ditanggalkan dan harga diri yang dikesampingkan untuk berdamai kembali. Seperti sisa-sisa pecahan yang tajam, berkarat dan menyembul di sana-sini, hubungan yang retak siap menorehkan luka-luka baru di atas kepedihan lama yang belum sembuh benar. Beling-beling itu pun harus dihancurkan dan digilas rata untuk memulai relasi yang baru lagi. Berdamai itu sungguh tidak mudah dan kita tak pernah bersusah-susah mencari alasan untuk menolak mengupayakan perdamaian.
Natal yang pertama dikumandangkan oleh malaikat kepada kawanan gembala yang menjaga ternaknya di waktu malam; sekumpulan orang-orang yang tidak signifikan eksistensinya, tak jauh berbeda seperti halnya kamu, saya, dan kita. Namun bagi mereka dan kita ada kesukaan besar, yang juga tercurah bagi seluruh bangsa. Anak Allah telah lahir untuk menebus dosa, penyebab kehancuran dan segala keretakan yang telah kita pilih sendiri. Sang Maha Kuasa berinkarnasi dalam rupa daging dan tulang untuk mengupayakan pendamaian ada bagi manusia yang tak mampu berdamai dengan Sang Ilahi, dengan sesama dan bahkan dengan dirinya sendiri.
Dipikir-pikir, manusia memang tidak memerlukan pendamaian untuk bisa tetap makan, bergerak, dan bernapas, namun rasanya hidup jauh lebih dari sekedar hal-hal tersebut. Allah tahu kita memerlukan pendamaian itu. Juruselamat sudah lahir supaya kita yang sudah rusak, hancur dan mati ini kembali memaknai dan menikmati hidup; suatu hidup kekal yang disertai damai. Di Natal tahun ini, mari introspeksi tawaran anugerah pendamaian yang diberikan melimpah olehNya. Kita ini cuma sesama pendosa yang kerap saling melukai, tetapi kabar baik itu masih terus bergema: Allah sudah turun sendiri ke dunia, berdamai dengan pendosa seperti kita.
Kontemplasi Natal Lainnya:
Come Thou Long Expected Jesus
Sang Penebus Dosa
Kontemplasi Natal Lainnya:
Come Thou Long Expected Jesus
Sang Penebus Dosa
0 comments