Sahabat adalah anugerah yang mewujud dalam bentuk konflik, dukungan, dan kehadiran. Aku masih ingat, minggu lalu, sejak siang sampai malam datang; subuh berganti jadi petang dan jam-jam melaju melambat tak kompromi, namun kesedihan terus menghinggapi pikiran dan jiwa. Melayang dengan kiblat yang merujuk pada satu kesimpulan dan asumsi negatif tanpa dasar. Aku terperosok sendiri dalam terang di tengah sunyi yang memekakkan.
Penyesalan - kata mereka, tak bisa dibendung dan sakit menyebar rasanya sampai ke pembuluh-pembuluh sanubari. Baru kali ini, aku merasa pahit yang tak tertahankan dan memar yang tak berwujud. Waktu dan uang yang banyak tak mampu membeli kesembuhan bagi penyakit semacam ini dan siapa yang mampu menenun ikatan yang sudah rusak, kecuali kedua belah pihak? Siapa yang menjerang minyak di kobaran yang belum lagi dingin? Mendung harusnya sudah berlalu, namun kuundang sekali lagi untuk kesekian kali.
Tetapi kehadiran sahabat ibarat oase yang tak terduga dan perhatian yang tulus dari keluarga adalah pelangi harapan yang menyertainya. Kesejukkan singkat seperti hujan yang tiba-tiba mampir. Yang terbaik dari sahabat-sahabat sejati adalah kami mampu menyingkirkan waktu untuk ngobrol basa-basi, lalu nyerocos menumpahkan perasaan, kekesalan, kekuatiran, ketidakpastian, dan sejuta hal yang tiba-tiba terasa lebih rumit dari biasanya. Tetapi itu melegakan. Aku membawa masalahku dan kau pun memikul tanggung jawabmu. Apakah yang lebih indah dari telinga yang mendengarkan, ucapan dan pikiran yang saling bertukar, dan empati satu sama lain? Kalau kujawab kehadiran, itu pun sudah cukup.
Masalah kita adalah masalah yang nyata. Kesedihan dan kepedihan ini diperlukan untuk membentuk menjadi pribadi yang makin tangguh juga dewasa. Satu akhir pekan memang tak mampu menghapuskan semua problem dan mustahil merekatkan penyesalan dalam semalam. Hadirmu bukti bahwa harapan ada dan kepercayaan tidak sia-sia. Allah, yang menyediakan sahabat-sahabat, mengirimkan pertolongan dalam bentuk nyata pada jiwa-jiwa yang sendiri dan mereka yang hancur dalam bilik terkunci.
0 comments